BAB
I
PENDAHULUAN
1. Latar
Belakang
Peranan
bahasa yang utama ialah sebagai sarana atau media untuk menyampaikan maksud dan
perasaan seseorang kepada orang lain. Sebagai mahluk sosial manusia tidak bisa
mengandalkan kemampuannya sendiri. Manusia perlu berinteraksi dan berkomunikasi
dengan sesamanya untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya. Manusia sebagai
makluk sosial bersifat dinamis, selalu membutuhkan hubungan sosial dengan
manusia lainnya
Kata serapan antar bahasa adalah hal yang lumrah, jika
terjadi kontak bahasa lewat pemakai pasti akan terjadi serap-menyerap kata.
Dengan adanya proses penyerapan akan menimbulkan saling meminjam dan saling
pengaruh asing. Peminjaman ataupun penyerapan dari suatu bahasa itu sendiri
pasti dilatar belakangi oleh berbagai macam faktor. Yang biasanya mengalami
perubahan atas proses peyerapan adalah bunyi bahasa dan kosa kata
Bahasa Indonesia sendiri selama pertumbuhannya banyak
mengalami serapan dari bahasa-bahasa daerah maupun dari bahasa asing
, seperti bahasa Sansekerta, baahasa
Arab, bahasa Portugis, bahasa Belanda,
ataupun bahasa Inggris. Masukan unsur bahasa asing tersebut sejalan
dengan history bangsa tentunya.
Berawal dari bahasa sansekerta yang datang bersamaan dengan
dengan ajaran hindu budha di Indonesia, kemudian bahasa Belanda yang sejalan
dengan proses penjajahan bangsa Belanda. Setelah penjajahan masa Belanda usai
adalah masa perdagangan antara bangsa timur tengah dengan bangsa Indonesia dan
proses keagamaan yang menyebabkan terjadinya penyerapan bahasa Arab. Yang
terakhir adalah bahasa Inggris dan itu terjadi hingga sekarang, faktor yang
begitu dominan tentunya karena pertukaran ilmu pengetahuan dan teknologi antara
bangsa Indonesia dengan bangsa-bangsa pengguna bahasa inggris.
Karena hal-hal yang telah dikemukakan tersebut dalam makalah
ini penulis akan mencoba membahas tentan penulisan unsur serapan, kaedah
penuliasan ejaan berdasarkan pedoman EYD, dan contoh-contoh kata serapan.
2.
Tujuan
1. Agar pembaca dapat memahami penulisan
kata,huruf,dan tanda baca dalam bahasa indonesia
2. Agar pembaca dapat mengetahui pemakain
kata serapan dan tanda baca dalam bahasa Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian Ejaan
Berdasarkan
etimologi kata, kata ejaan berasal dari kata dasar eja, yang berarti melafalkan
huruf-huruf atau lambang-lambang bunyi bahasa. Dari segi bahasa, ejaan adalah kaidah,
kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi bahasa (kata, kalimat) dalam bentuk tulis
(huruf- huruf dan tanda baca)
Menurut
KBBI (2005: 285) ejaan adalah kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi
(kata, kalimat, dsb) dalam bentuk tulisan (huruf-huruf) serta penggunaan tanda
baca.
Ejaan
merupakan keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi - bunyi ujaran
melalui huruf, menetapkan tanda-tanda baca, memenggal kata, dan bagaimana menggabungkan kata.Jadi, bagaimana
menulis bahasa-bahasa lisan dengan aturan-aturan tersebut itulah yang
berhubungan dengan ejaan.
Berdasarkan
beberapa pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa ejaan adalah kaidah-kaidah
cara menggambarkan bunyi bahasa dengan kaidah dalam bentuk tulisan yang
mempunyai 3 aspek, yakni aspek fonologis yang menyangkut penggambaran fonern
dengan huruf dan penyusunan abjad, aspek morfologis yang menyangkut
penggambaran satuan-satuan morfeinis, aspek sintaksis yang menyangkut penanda
ujaran berupa tanda baca
2.
Pemakain Huruf
a.
Huruf Abjad
abjad yang d gunakan dalam ejaan bahasa Indonesi terdiri
atas huruf yang berikut.nama tiap huruf disertakan d sebelah nya.
Huruf
|
Nama
|
Huruf
|
Nama
|
Huruf
|
Nama
|
A a
B b
C c
D d
E e
F f
G g
H h
I i
|
a
be
ce
de
e
ef
ge
ha
i
|
J j
K k
L l
M m
N n
O o
P p
Q q
R r
|
je
ka
el
em
en
o
pe
ki
er
|
S s
T t
U u
V v
W w
X x
Y y
Z z
|
es
te
u
ve
we
eks
ye
zet
|
b. Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa indonesia
terdiri atas huruf a , e , i , o ,dan u.
Dalam
pengajaran menghafal kata dapat di gunakan tanda aksen jika ejaan kata
menimbulkan keraguan
Misalnya :
anak- anak bermain di teras ( teras )
upacara itu di hadiri pejabat teras pemerintah.
c. Huruf Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indoneia
terdiri atas huruf-huruf b,c,d,f,g,h,j,k,l,m,n,p,q,r,s,t,v,w,x,y,dan,z
Contoh :
1. Huruf konsonan: b
Contoh pemakin dalam kata:
di awal : bahasa
, di tengah: sebut, di akhir: adap
2. Huruf konsonan: c
contoh pemakain dalam kata:
di awal: cakap, di
tenngah: kaca, di akir : -
3. Huruf konsonan: d
contoh pemakain kata:
di awal: dua, di
tengah: ada , di akhir: abad dll
d. Huruf Diftong
Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang di
lambangkan dengan ai,au,dan oi
e. Pemenggalan Kata
1. Pemenggalan kata pada kata dasar di lakukan sebagai berikut.
a. Jika di tengah kata ada vokal yang berurutan, pemenggalan itu di lakukan di
antara kedua huruf vokal itu.
misal:
ma-in, sa-at, bu-ah.
huruf diftong
ai,au, dan oi tidak pernah di ceritakan sehingga pemenggalan kata tidak
di lakukan antara kedua huruf itu.
misalnya:
au-la bukan a-u-la
sau-da-ra bukan
sa-u-da-ra
am-boi bukan
am-bo-i
b. Jika
di tengah ada dua huruf kosonan,termasuk gabungan huruf konsonan, di antara dua
buah huruf vokal,pemenggalan di lakukan
sebelum huruf konsonan.
misalnya: ba-pak, ba-rang, su-lit, la-wan, de-ngan, ke-nyang, mu-ta-khir
misalnya: ba-pak, ba-rang, su-lit, la-wan, de-ngan, ke-nyang, mu-ta-khir
c. Jika di tengah kata ada dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalan di
lakukan di aantara kedu huruf konsonan itu. Gabungan huruf konsonan tidak pernah di ceraikan.
misalnya:
man-di,
som-bong, swas-ta, cap-lok,ap-ril,bang-sa, makh luk
d. Jia di tengah kata ada tiga buah huruf konsonan yang pertama dan huruf
konsonan yang kdua
misalnya:
in-stru-men, ul-tra,in-fra, bang-krut, ben-trok, ikh-las.
2. Imbuhan
akhiran dan imbuhan awal, termasuk awalan yang mengalami perubahan bentuk serta
partikel yang biasa nya di tulis serangkai dengan kata dasar nya, dapat di
penggal pada pergantian baris.
misalnya:
maka-an, me-rasa-kan, mem-bantu,
pergi-lah.
Catatan:
a.
Bentuk kata pada turunan sedapat-dapat nya tidak di
penggal
b.
Akhiran –i
tidak di penggal
c.
Pada kata yang berimbuhan sisipan pemenggalan kata di
lakukan sebagai brikut.
te-lun juk, si-nam-bung,
ge-li-gi
3.
Pemakain Huruf Kapital dan Huruf Miring
a. Pemakain Huruf Kapital dan Huruf Besar
1.
|
Huruf kapital atau huruf
besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
|
||||||||||||||||||||
Misalnya:
Dia
mengantuk.
Apa
maksudnya?
Kita harus
bekerja keras.
Pekerjaan
itu belum selesai.
|
|||||||||||||||||||||
2.
|
Huruf kapital dipakai
sebagai huruf pertama petikan langsung.
|
||||||||||||||||||||
Misalnya:
Adik
bertanya, "Kapan kita
pulang?"
Bapak
menasihatkan, "Berhati-hatilah,
Nak!"
"Kemarin engkau terlambat," katanya.
"Besok pagi," kata Ibu,
"Dia akan berangkat".
|
|||||||||||||||||||||
3.
|
Huruf kapital dipakai
sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan
kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan.
|
||||||||||||||||||||
Misalnya:
Allah, Yang Mahakuasa, Yang
Maha Pengasih, Alkitab,
Quran, Weda, Islam, Kristen
Tuhan akan
menunjukkan jalan yang benar kepada hamba-Nya.
Bimbinglah
hamba-Mu, ya Tuhan, ke jalan yang Engkau beri rahmat.
|
|||||||||||||||||||||
4.
|
Huruf kapital dipakai
sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang
diikuti nama orang.
|
||||||||||||||||||||
Misalnya:
Mahaputra
Yamin
Sultan
Hasanuddin
Haji Agus
Salim
Imam Syafii
Nabi
Ibrahim
|
|||||||||||||||||||||
Huruf kapital tidak
dipakai sebagai huruf pertama nama gelar, kehormatan, keturunan, dan
keagamaan yang tidak diikuti nama orang.
|
|||||||||||||||||||||
Misalnya:
Dia baru
saja diangkat menjadi sultan.
Tahun ini
ia pergi naik haji.
|
|||||||||||||||||||||
5.
|
Huruf kapital dipakai
sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang
atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau
nama tempat.
|
||||||||||||||||||||
Misalnya:
Wakil Presiden Adam Malik
Perdana Menteri Nehru
Profesor
Supomo
Laksamana Muda Udara Husen Sastranegara
Sekretaris Jenderal Departemen Pertanian
Gubernur
Irian Jaya
|
|||||||||||||||||||||
Huruf kapital tidak
dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak diikuti
nama orang, atau nama tempat.
|
|||||||||||||||||||||
Misalnya:
Siapa gubernur yang baru dilantik itu?
Kemarin
Brigadir Jenderal Ahmad dilantik menjadi mayor jenderal.
|
|||||||||||||||||||||
6.
|
Huruf kapital dipakai
sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.
|
||||||||||||||||||||
Misalnya:
Amir Hamzah
Dewi Sartika
Wage Rudolf Supratman
Halim Perdanakusumah
Ampere
|
|||||||||||||||||||||
Huruf kapital tidak
dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai nama sejenis
atau satuan ukuran.
|
|||||||||||||||||||||
Misalnya:
mesin diesel
10 volt
5 ampere
|
|||||||||||||||||||||
7.
|
Huruf kapital sebagai
huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa.
|
||||||||||||||||||||
Misalnya:
bangsa Indonesia
suku Sunda
bahasa Inggris
|
|||||||||||||||||||||
Huruf kapital tidak
dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa yang
dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan.
|
|||||||||||||||||||||
Misalnya:
mengindonesiakan kata asing
keinggris-inggrisan
|
|||||||||||||||||||||
8.
|
Huruf kapital dipakai
sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa
sejarah.
|
||||||||||||||||||||
Misalnya:
hari Lebaran
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
|
|||||||||||||||||||||
Huruf kapital tidak
dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai
nama.
|
|||||||||||||||||||||
Misalnya:
Soekarno
dan Hatta memproklamasikan
kemerdekaan bangsanya.
Perlombaan
senjata membawa risiko pecahnya perang
dunia.
|
|||||||||||||||||||||
9.
|
Huruf kapital dipakai
sebagai huruf pertama nama geografi.
|
||||||||||||||||||||
Misalnya:
|
|||||||||||||||||||||
Huruf kapital tidak
dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak menjadi unsur nama
diri.
|
|||||||||||||||||||||
Misalnya:
berlayar
ke teluk
mandi di kali
menyeberangi
selat
pergi ke
arah tenggara
|
|||||||||||||||||||||
Huruf kapital tidak
dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang digunakan sebagai nama
jenis.
|
|||||||||||||||||||||
Misalnya:
garam inggris
gula jawa
kacang bogor
pisang ambon
|
|||||||||||||||||||||
10.
|
Huruf kapital dipakai
sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga pemerintahan dan
ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata seperti dan.
|
||||||||||||||||||||
Misalnya:
Republik Indonesia
Majelis Permusyawaratan Rakyat
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Badan Kesejahteraan Ibu dan Anak
Keputusan Presiden Republik Indonesia,
Nomor 57, Tahun 1972
|
|||||||||||||||||||||
Huruf kapital tidak
dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi negara, lembaga
pemerintah dan ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen resmi.
|
|||||||||||||||||||||
Misalnya:
menjadi
sebuah republik
beberapa badan hukum
kerja sama
antara pemerintah dan rakyat
menurut undang-undang yang berlaku
|
|||||||||||||||||||||
11.
|
Huruf kapital dipakai
sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada
nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi.
|
||||||||||||||||||||
Misalnya:
Perserikatan
Bangsa-Bangsa
Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
Rancangan Undang-Undang Kepegawaian
|
|||||||||||||||||||||
12.
|
Huruf kapital dipakai
sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna)
di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan kecuali kata
seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal.
|
||||||||||||||||||||
Misalnya:
Saya telah
membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan
Lain ke Roma.
Bacalah
majalah Bahasa dan Sastra.
Dia adalah
agen surat kabar Sinar Pembangunan.
Ia
menyelesaikan makalah "Asas-Asas Hukum Perdata".
|
|||||||||||||||||||||
13.
|
Huruf kapital dipakai
sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan.
|
||||||||||||||||||||
Misalnya:
|
|||||||||||||||||||||
14.
|
Huruf kapital dipakai
sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman
yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan.
|
||||||||||||||||||||
Misalnya:
"Kapan
Bapak berangkat?" tanya
Harto.
Adik
bertanya, "Itu apa, Bu?"
Surat Saudara sudah saya terima.
"Silakan
duduk, Dik!" kata Ucok.
|
|||||||||||||||||||||
Huruf kapital tidak
dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang tidak
dipakai dalam pengacuan atau penyapaan.
|
|||||||||||||||||||||
Misalnya:
Kita harus
menghormati bapak dan ibu kita.
Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.
|
|||||||||||||||||||||
15.
|
Huruf kapital dipakai
sebagai huruf pertama kata ganti Anda.
|
||||||||||||||||||||
Misalnya:
Sudahkah Anda tahu?
Surat Anda telah kami terima.
|
b.
Huruf miring
1.
|
Huruf miring dalam cetakan
dipakai untuk menulis nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam
tulisan.
|
Misalnya:
majalah Bahasa dan Kesusastraan
buku Negarakertagama karangan Prapanca
surat
kabar Suara Karya
|
|
2.
|
Huruf miring dalam cetakan
dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau
kelompok kata.
|
Misalnya:
Huruf
pertama kata abad ialah a.
Dia bukan menipu, tetapi ditipu.
Bab ini tidak membicarakan penulisan huruf
kapital.
Buatlah
kalimat dengan berlepas tangan.
|
|
3.
|
Huruf miring dalam cetakan
dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang
telah disesuaikan ejaannya.
|
Misalnya:
Nama
ilmiah buah manggis ialah Carcinia
mangostana.
Politik divide et impera pernah merajalela
di negeri ini.
Weltanschauung antara lain diterjemahkan menjadi 'pandangan
dunia'.
|
|
Tetapi:
Negara itu
telah mengalami empat kudeta.
|
Catatan:
Dalam
tulisan tangan atau ketikan, huruf atau kata yang akan dicetak miring diberi
satu garis di bawahnya.
4.
Penulisan Kata
Penulisan kata mencakup: kata dasar, kata turunan, kata ulang, gabungan
kata, bentuk singkatan, bentuk singkatan dan akronim, kata dasar dan kata
berimbuhan
a.
Penulisan kata dasar
Penulisan kata
dasar sering dihadapkan pada penulisan baku dan tidak baku. Penulisan karangan
ilmiah, karangan yang di dokumantasi, dan surat menyurat resmi harus
menggunakan kata baku.
Kata yang berupa kata dasar
ditulis sebagai satu kesatuan.
Misalnya:
Buku itu
sangat menarik.
Ibu sangat
mengharapkan keberhasilanmu.
b. Penulisan kata ulang
Bentuk ulang ditulis dengan
menggunakan tanda hubung di antara unsur-unsurnya.
Misalnya:
anak-anak
mata-mata
berjalan-jalan
c. Penulisan kata turunan
1. Imbuhan
(awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya.
Seperti
: berjalan, gemetar, kemauan.
2. Jika
bentuk dasarnya berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai
dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.
Seperti : bertepuk tangan, garis
bawahi
3. Jika
bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus,
unsur gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya: dilipatgandakan, menggarisbawahi
4. Jika
salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya
: adipati, dwiwarna, paripurna
d. Gabungan kata
1. Unsur
unsur gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk ditulis terpisah.
Misalnya: Duta besar, kambing hitam,
orang tua, dll
2. Gabungan
kata yang dapat menimbulkan kesalahan pengertian dapat ditulis dengan
menambahkan tanda hubung di antara unsur unsurnya untuk menegaskan pertalian
unsur yang.
Misalnya: Anak istri, ibu bapak, dll
3. Gabungan
kata yang dirasakan sudah padu benar ditulis serangkai.
Misalnya: Darmawisata, mahasiswa, adakalanya
dll.
e. Suku kata
1. Unsur
unsur gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk ditulis terpisah.
Misalnya:
Duta besar, kambing hitam, orang tua, dll
2. Gabungan
kata yang dapat menimbulkan kesalahan pengertian dapat ditulis dengan
menambahkan tanda hubung di antara unsur unsurnya untuk menegaskan pertalian
unsur yang.
Misalnya:
Anak istri, ibu bapak, dll
3. Gabungan
kata yang dirasakan sudah padu benar ditulis serangkai.
Misalnya:
Darmawisata, mahasiswa, adakalanya dll.
f.
Kata depan
Kata depan di,
ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali di
dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap
sebagai satu kata, seperti kepada
dan daripada.
Misalnya :
Bermalam
sajalah di sini.
Di mana
dia sekarang?
1.
Partikel lah, kah, dan tah ditulis serangkai dengan kata
yang mendahuluinya.
Misalnya
: Bacalah buku iti baik-baik!
2.
Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Misalnya
: Apa pun permasalahannya,
dia dapat mengatasinya.
3.
Partikel per yang berarti ‘demi’, ‘tiap’, atau ‘mulai’ ditulis terpisah
dari kata yang mengikutinya.
Misalnya:
Mereka
masuk ke dalam ruang satu per satu.
Harga
kain itu Rp50.000,00 per helai.
g. Singkatan dan Akronim
1. Singkatan
ialah bentuk singkat yang terdiri atas satu huruf atau lebih.
Seperti
:
A.H.
Nasution ---à Abdul Harris Nasution
DPR --à Dewan
PerwakilanRakyak
2. Akronim
ialah singkatan dari dua kata atau lebih yang diperlakukan sebagai sebuah kata.
Seperti :
LAN
--à Lembaga Administrasi Negara
Pemilu --à Pemilihan Umum
h. Aneka bilangan
Bilangan
dapat dinyatakan dengan angka atau kata. Angka dipakai sebagai lambang bilangan
atau nomor.
Misalnya :
Mereka
menonton drama itu sampai tiga kali.
lima puluh siswa
kelas 6 lulus ujian
i. Kata ganti ku,kau dan mu
Kata
ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata
yang meangikutinya; -ku, -mu, dan -nya ditulis serangkai dengan kata
yang mendahuluinya.
Seperti :
ku-ambil pena-mu ya?
buku ini boleh –kau ambil
Uang ini kepunyaan-nya
j.
Kata ganti si dan sang
Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya:
Surat itu dikembalikan kepada si pengirim.
Catatan:
Huruf
awal si dan sang ditulis dengan huruf kapital
jika kata-kata itu diperlakukan
sebagai unsur nama diri.
Misalnya:
Harimau itu marah sekali kepada Sang
Kancil
5. Pemakain Kata Serapan
Kata serapan adalah kata-kata
yang berasal dari bahasa asing atau bahasa daerah,lalu digunakan dalam Bahasa
Indonesia
Unsur serapan dalam bahasa Indonesia dapat dibagi atas dua golongan
besar. Pertama, unsur yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia,
seperti reshuffle, shuttle cock, dan
long march. Unsur-unsur ini dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi pengucapannya masih mengikuti cara asing.
long march. Unsur-unsur ini dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi pengucapannya masih mengikuti cara asing.
Kedua, unsur asing yang pengucapan dan penulisannya
disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia dan diubahseperlunya sehingga bentuk
Indonesianya masih dapatdibandingkan dengan bentuk asalnya.
Di samping itu, akhiran yang berasal dari bahasa asing diserap
sebagai bagian kata yang utuh. Kata seperti standardisasi, implementasi, dan
objektif diserap secara utuh di samping kata standar, implemen, dan
objek. Pedoman EYD mengatur kaidah ejaan yang berlaku bagi unsur-unsur serapan.
Beberapa kaidah yang berlaku misalnya c di muka a, u, o, dan konsonan menjadi k
(cubic menjadi kubik, construction menjadi konstruksi), q menjadi k (aquarium
menjadiakuarium, frequency menjadi frekuensi), f tetap f (fanatic menjadi
fanatik, factor menjadi faktor), ph menjadi f (phase menjadi fase, physiology
menjadi fisiologi).
Dilihat
dari tarap penyerapannya ada 4 macam kata serapan. Yaitu
1. Kata-kata yang sudah sepenuhnya diserap ke dalam bahasa Indonesia.
Kata-kata ini sudah
lazim dieja secara Indonesia, sehingga sudah tidak dirasakan lagi kehadirannya
sebagai kata serapan. Misalnya kata-kata sabar,sirsak,iklan,perlu,hadir,badan,waktu,kamae,botol,dan
ember.
2. Kata-kata yang masih asing, tetapi digunakan dalam konteks Bahasa
Indonesia.
Ejaan dan pengucapannya masih mengikuti cara asing.
Misalnya shuttle cock,knock out,time out,check in,door to door.
3. Dalam kelompok ini termasuk kata-kata yang dipertahankan keasingannya.karena
sifat keinternasionalannya,seperti istilah-istilah musik:
andante,moderate,adagio,dan sebagainya.
4. Kata-kata asing yang untuk
kepentingan peristilahan,ucapan dan ejaannya disesuaikan dengan kaidah-kaidah
Bahasa Indonesia. Hal ini perubahan ejaan itu dibuat seperlunya saja sehingga
bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk bahasa aslinya.
Misalnya aki (accu),komisi (commission),psikologi (psychology),dan fase (phase).
Kaidah
ejaan yang berlaku bagi unsur serapan itu ialah sebagai berikut:
1. aa (belanda)
menjadi a
paal pal
2. ae tetap ae jika
tidak bervariasi dengan e
aerobe aerob
3. ae jika
bervariasi dengan e, menjadi e
haemoglobin hemoglobin
4. ai tetap ai
trailer trailer
5. au tetap au
audiogram auiogram
6. c di muka a,u,o
dan di muka konsonan menjadi k
colomel kalomel
7. c di muka e,i,
oe dan y menjadi s
central
sentral
8. cc dimuka o,u
dan konsonan menjadi k
accomodation akomodasi
9. cc di muka e dan
i menjadi ks
accent aksen
10. cch dan ch di
muka a,o dan konsonan menjadi k
saccharin sakarin
11. ch yang
lafalnya s atau sy menjadi s
echelon eselon
12. ch yang
lafalnya c menjadi c
chek cek
13. c (Sanskerta)
menjadi s
cabda sabda
14. e tetap e
effect efek
15. ea tetap ea
idalist idealis
16. ee (belanda)
menjadi e
stratosfear stratosfer
17. ei tetap ei
eicosane eikosan
32. ou menjadi u
jika lafalnya uet
gouverneur gubernur
33. ph menjadi f
phase fase
34. ps tetap ps
pseudo pseudo
35. pt tetap pt
pteridology pteridologi
36. q menjadi k
aquarium akuarium
37. rh menjadi r
rhythm ritme
Konsonan ganda menjadi konsonan
tunggal kecuali kalau dapat membingungkan
Misalnya:
gabbro gabro
accu aki
effect efek
Disamping pegangan untuk penulisan unsur tersebut di
atas, berikut ini didaftarkan akhiran-akhiran asing serta penyesuainnya dalam
bahasa indonesia. Akhiran itu diserap sebagai bagian kata yang utuh. Kata
seperti standarisasi, efektif dan
implementasi diserap secara
utuh di samping kata standar,efek
dan implemen
1. -aat (Belanda) menjadi -at
advokaat advokat
2. -age menjdi -ase
percentage persentase
3. -al,-eel (Belanda),-aal (Belanda) menjadi -al
structural,structureel struktural
4. -ant menjadi -an
accountant akuntan
5.
-archy,-archie(Belanda) menjadi –arki
anarchy, anarchioe anarki
6. Pemakain tanda baca
Pemakaian
tanda baca dalam ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan mencakup pengaturan
(1) tanda titik, (2) tanda koma, (3) tanda titik koma, (4) tanda titik dua, (5)
tanda hubung, (6) tanda pisah, (7) tanda petik, (8) tanda petik tunggal.
1.
Tanda titik
a. Tanda titik di pakai pada akhir singkatan nama orang. Misalnya:
1)W.S.Rendra
2)AbdulHadiW.M.
3)Ach.Sanusi
b. Tanda titik dipakai pada singkatan gelar, jabatan, pangkat dan sapaan.
1)Dr.(Dokteor)
2)Dr.(dokter)
3)S.Ked.(Sarjana Kedokteran)
2)AbdulHadiW.M.
3)Ach.Sanusi
b. Tanda titik dipakai pada singkatan gelar, jabatan, pangkat dan sapaan.
1)Dr.(Dokteor)
2)Dr.(dokter)
3)S.Ked.(Sarjana Kedokteran)
4) Sdr. ( saudara )
c. Tanda titik dipakai pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah umum, yang ditulis dengan huruf kecil. Singkatan yang terdiri atas dua huruf di beri dua buah tanda titik, sedangkan singkatan yang terdiri atas tiga buah huruf atau lebih hanya diberi satu buah tanda titik. Misalnya:
Bentuk tidak Baku Bentuk Baku
1) s / d ( sampai dengan ) 1) s.d. ( sampai dengan )
2) a / n ( atas nama ) 2) a.n. ( atas nama )
3) d / a ( dengan alamat ) 3) d.a. ( dengan alamat )
4) u / p ( untuk perhatian ) 4) u.p. ( untuk perhatian
)
5) d.k.k. ( dan kawan-kawan ) 5) dkk. ( dan
kawan-kawan )
d. Tanda titik digunakan pada angka yang menyatakan jumlah untuk memisahkan ribuan, jutaan, dan seterusnya. Misalnya:
1)
Tebal buku itu 1.150 halaman
2)
Minyak tanah sebanyak 2.500 liter tumpah.
3)
Jarak dari desa ke kota ito 30.000 meter.
Akan tetapi,
jika angka itu tidak menyatakan suatu jumlah, tanda titik tidak di gunakan.
1)
Tahun 2000
2)
Halaman 1234
3)
NIP 130519977
e. Tanda titik tidak di gunakan pada singkatan yang
terdiri atas huruf-huruf awal kata atau suku kata dan pada singkatan yang dieja
seperti kata ( akronim ). Misalnya:
1) DPR
2) SMA NEGERI XXI
3) Sekjen Depdikbud
f. Tanda titk tidak digunakan di belakang singkatan lambang kimia, satuan ukur, takaran, timbangan, dan mata uang. Misalnya:
1) Lambang Cu adalah lambing kuprum.
2) Seorang pialang membeli 10 kg emas batangan.
3) Harga karton manila itu Rp500,00 per meter.
g. Tanda titik tidak digunakan dibelakang judul yang merupakan kepala karangan, kepala ilustrasi table, dan sebagainya. Misalnya:
1) Acara Kunjungan Menteri A.S. Hikam
2) Bentuk dan Kedaulatan ( Bab 1, UUD 1945 )
3) Azab dan Sengsara
4) Wanita Indonesia di Pentas Sejarah
h. Tanda titik tidak di gunakan di belakang alamat pengirim dan tanggal surat serta dibelakang nama dan alamat penerima surat. Misalnya:
1) Jalan Harapan III/AB 19
2) Jakarta, 10Agustus 1998
2.
Tanda Koma (,)
Ada kaidah yang mengatur kapan tanda koma digunakan dan kapan tanda koma tidak digunakan. Misalnya:
a.
Tanda koma harus digunakan di antara unsur-unsur dalam
suatu perincian dan pembilangan. Misalnya:
i.
Saya menerima hadiah dari paman berupa jam tangan,
raket, dan sepatu.
ii.
Satu, dua, … tiga!
Catatan:
Jika penggabungan itu hanya terdiri atas dua unsur, sebelum kata dan tidak dibubuhkan tanda koma. Akan tetapi, jika penggabungannya terdiri atas lebih dari dua unsur, diantara unsure-unsurnya ada koma, sebelumnya unsur terakhir dibubuhkan kata dan.
b. Tanda koma harus digunakan untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului kata tetapi, melainkan, dan sedangkan. Misalnya:
1)
Dia bukan siswa jayabaya, melainkan mahasiswa
atmajaya.
2)
Saya bersedia membantu, tetapi kau kerjakanlah dahulu
tugas itu.
c. Tanda koma harus digunakan untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimatnya. Biasanya, anak kalimat didahului kata penghubung bahwa, karena, agar, sehingga, walaupun, apabila, jika, meskipun, dan sebagainya. Misalnya:
1) Apabila belajar sungguh-sungguh, Saudara akan berhasil dalam ujian.
3)
Karena harus di tanda tangani oleh gubernur, surat itu
di tulis di atas kertas berkepala surat resmi.
d. Tanda koma harus digunakan di belakang kata atau ungkapan penghubung antar kalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk didalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, akan tetapi, namun, meskipun demikian, dalam hubungan itu, sementara itu, sehubungan dengan itu, dalam pada itu, oleh sebab itu, sebaliknya, selanjutnya. Misalnya:
1) Oleh karena itu, kita harus menghormati pendapatnya.
2) Jadi, hak asasi di Indonesia sudah benar-benar
dilindungi.
e. Tanda koma harus digunakan di belakang kata-kata seperti o, ya, wah ,aduh, kasihan, yang terdapat pada awal kalimat. Misalnya:
1)
Kasihan, dia harus mengikuti lagi ujian semester 1
tahun depan.
2)
Aduh, betulkah
saya lulus sipenmaru?
3)
O, kalau begitu
saya setuju.
f. Tanda koma digunakan untuk memisahkan petikan
langsung dari bagian lain dalam kalimat. Misalnya:
1) “Saya sedih sekali,” kata paman, “ karena kamu tidak lulus. “
2) Kata petugas, “ kamu harus berhati-hati di jalan
raya. “
g. Tanda koma digunakan diantara (1) nama dan alamat,
(2) bagia-bagian alamat, (3) tempat dan tanggal, dan (4) nama tempat dan
wilayah atau negeri yang ditulis berurutan. Misalnya:
1) Anak saya mengikuti kuliah di perbankan, sekolah tinggi ilmu ekonomi perbanas, jalan perbanas, kuningan, Jakarta Selatan.
2) Bandung, 10 april 1998
h. Tanda koma digunakan untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka. Misalnya:
1)
Badudu, yus.1980. membina bahasa Indonesia Baku. Seri
1, Bandung: Pustaka Prima.
2)
Tjiptadi, bambang.1984. tata Bahasa Indonesia Cetakan
II. Jakarta: Yudistira.
i. Tanda koma digunakan diantara nama orang dan gelar akademik yang mengikuti untuk membedakannya dari singkatan nama keluarga atau marga. Misalnya:
1) A. ansori, S.H.
2) Sobur, M.Sc.
j. Tanda koma digunakan untuk mengapit keterangan tambahan dan keterangan aposisi. Misalnya:
1)
Seorang warga, selaku rt 02, mengemukakan pendapatnya.
k. Tanda koma tidak boleh digunakan untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila anak kalimat tesebut mengiringi induk kalimat. Misalnya:
1) Menteri mengatakan bahwa pembangunan harus dilanjutkan
IK AK
2) Semuaorang akan berhasil dalam hidup jika bekerja
keras
IK AK
IK AK
3.
Tanda Titik Koma (;)
Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam suatu kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung. Misalnya:
@ Para pemikir mengatur strategi dan langkah yang harus di tempuh; para pelaksana mengerjakan tugas sebaik-baiknya; para penyandang dana menyediakan biaya yang di perlukan.
4.
Tanda Titik Dua (:)
a. Tanda titik dua di pakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti rangkaian atau pemerian. Misalnya:
@ Perguruan Tinggi Nusantara mempunyai tiga jurusan: Sekolah tinggi tekhnik, Sekolah Tinggi Ekonomi, Sekolah Tinggi Hukum.
b. Tanda titik dua tidak di pakai kalau rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan. Misalnya:
@ Perguruan Tinggi Nusantara mempunyai sekolah tinggi tekhnik, sekolah tinggi ekonomi, sekolah tinggi hukum.
5.
Tanda Hubung (-)
a. Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjelas hubungan bagian-bagian ungkapan.
Bandingkan: tiga-puluh dua-pertiga ( 30 2/3 )
Tiga-puluh-dua- pertiga ( 32/3 )
b. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (a) se- dengan kata berikutnya yang di mulai dengan huruf capital, (b) ke dengan angka, (c) angka dengan –an, dan (d) singkatan huruf kapital dengan imbuhan atau kata. Misalnya:
1)
Pada tahun depan akan diadakan perlombaan paduan suara
remaja se-Jawa Timur di Surabaya.
2)
Ke- 315 orang itu berasal dari mesir.
3)
Warga DKI yang sudah dewasa diwajibkan ber-KTP DKI.
6.
Tanda Pisah (_)
Tanda pisah membatasi penyisihan kata atau kalimat
yang memberi kalimat penjelasan khusus diluar bangun kalimat, menegaskan adanya
aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas, dan di
pakai di antara dua bilangan atau tanggal yang berarti ‘ sampai dengan ‘ atau
di antara dua nama kota yang berarti ‘ ke ‘ atau ‘ sampai ‘, panjangnya dua
ketukan. Misalnya:
1) Kemerdekaan bangsa itu – saya yakin akan tercapai – diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri.
1) Kemerdekaan bangsa itu – saya yakin akan tercapai – diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri.
2) Pemerintahan Habibie tahun 1998 – desember 1999.
7.
Tanda Petik (“,,,,”)
Tanda petik di pakai untuk menggapai petikan langsung,
judul syair, karangan, istilah yang mempunyai arti khusus atau kurang di kenal.
Misalnya:
Kata Hasan, “ saya ikut. “
Kata Hasan, “ saya ikut. “
Sajak “Aku “ karangan Chairil Anwar.
Ia memakai celana “ cutbrai.”
8.
Tanda Petik Tunggal (‘,,,,’)
Tanda petik tunggal menggapit terjemahan atau
penjelasan kata atau ungkapan asing. Misalnya:
Lailatul Qadar ’malam bernilai’
KESIMPULAN
Bahasa dalam pengertian sehari-hari adalah
bahasa lisan,sedangkan bahasa tulis merupakan pencerminan kembali dari bahasa
lisan itu ditulis dalam bentuk simbol-simbol. Pada dasarnya masyarakat kita telah
memahami penggunaan kaidah tata bahasa Indonesia yang baik dan benar, akan
tetapi dalam pelaksanaannya seringkali masyarakat dihadapkan pada situasi dan
kondisi berbahasa yang tidak mendukung, maksudnya ialah masyarakat masih enggan
untuk mengikuti kaidah tata bahasa Indnesia yang baik dan benar dalam komunikasinya
sehari-hari, masyarakat sering terdikte oleh aturan-aturan tata bahasa yang
salah, sehingga bermula dari kesalahan- kesalahan tersebut dapat menjadi
kesalahan yang sangat fatal dalam mengikuti aturan-aturan ketata bahasaan yang
akhirnya kesalahan tersebut menjadi sebuah kebiasaan dan parahnya lagi hal
tersebut menjadi membudaya dan di benarkan penggunaan dalam keseharian, untuk
itu sudah menjadi kewajiban kita bersama untuk selalu mengingatkan kepada
masyarakan untuk dapat menggunakan kaidah tata bahasa Indonesia yang baik dan
benar, karena bagaimanapun bahasa memiliki peran penting dalam proses
pembangunan karakter masyarakat dalam bangsa ini.
Bahasa Indonesia menyerap unsur dari berbagai bahasa lain, baik dari bahasa daerah di Indonesia maupun dari bahasa asing seperti Inggris, Belanda, Arab, dan Sanskerta. Unsur pinjaman tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok besar: unsur pinjaman yang belum sepenuhnya terserap, serta unsur pinjaman yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia.
Bahasa Indonesia menyerap unsur dari berbagai bahasa lain, baik dari bahasa daerah di Indonesia maupun dari bahasa asing seperti Inggris, Belanda, Arab, dan Sanskerta. Unsur pinjaman tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok besar: unsur pinjaman yang belum sepenuhnya terserap, serta unsur pinjaman yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Andre
Martin,M.2002.Kamus bahasa Indonesia millennium.Surabaya:Karina.
Hendy,Zaidan.1989.pelajaran sastra.Jakarta:PT Gramedia.
Hendy,Zaidan.1989.pelajaran sastra.Jakarta:PT Gramedia.
Nursalim.2011.Pengantar Kemampuan Berbahasa
Indonesia.Pekanbaru:Zanafa Publishing.
terima kasih
BalasHapusiya,,,, sama2,,,,,,
BalasHapus