2.1 Pengertian
Internet dan WiFi
Internet
berasal dari kata International Networking,merupakan dua komputer atau lebih
yang saling berhubungan atau berinteraksi dan bertukat informasi membentuk
jaringan komputer di dunia Internasional. Internet merupakan media komunikasi
yang menggunakan komputer dan saluran telekomunikasi sebagai tulang
punggungnya. Seperti halnya sebuah terminal telepon, lewat sebuah terminal
komputer yang tersambut ke internet kita dapat menghubungi rekan kita di mana
saja yang tersambung ke internet
WiFi merupakan singkatan dari Wireless
Fidelity yang merupakan komplotan standar yang digunakan untuk Jaringan Lokal
Nirkabel (Wireless Local Area Networks-WLAN) yang didasari pada spesifikasi
IEEE 802.11. awalnya WiFi ditujukan untuk penggunaan perangkat nirkabel dan
LAN, namun saat ini lebih banyak digunakan untuk mengakses internet.
WiFi merupakan koneksi tanpa kabel
seperti handphone dentanpa gan menggunakan teknologi radio sehingga pemakainya
dapat mentransfer data dengan cepat. wiFi tidak hanya dapat digunakan untuk
mengakses internet,WiFi juga dapat digunakan untuk membuat jaringan tanpa
kabel. Teknologi WiFi memberikan kebebasan kepada pemakainya untuk mengakses
internet atau mentransfer data mana saja yang bertanda “hot Spot”.
2.2
Perkembangan Jaringan Internet di
Lingkungan Desa
1. Perkembangan RT/RW-Net
Penggunaan
internet yang makin marak, membuat banyak orang kemudian berpikir
untuk makin mendekatkan teknologi yang semula rumit dan mahal itu kepada
masyarakat. Bukan hal baru lagi, jika wajan dan tutup panci bisa digunakan
sebagai antena untuk menangkap sinyal agar bisa mengakses internet. Pada saat ini jaringan WiFi sudah berkembang dipelosok
Desa.
Yang
menarik, jika penggunaan internet tersebut dilakukan banyak warga untuk menggali potensi yang
ada di wilayahnya masing-masing. Di Kecamatan Katapang, Kabupaten Bandung, Jawa
Barat misalnya, warga di empat desa yaitu Cilampeni, Pangauban, Sangkanhurip,
dan Sukamukti bisa mengakses internet melalui RT/RW-Net jaringan internet murah yang bisa diakses
di lingkungan desa.
Jika didefinisikan, RT/RW-Net adalah jaringan komputer
swadaya masyarakat dalam ruang lingkup RT/RW melalui media kabel atau wireless
2.4 Ghz dan hotspot sebagai sarana komunikasi rakyat yang bebas dari
undang-undang dan birokrasi pemerintah. Pemanfaatan RT/RW-Net ini dapat
dikembangkan sebagai forum komunikasi online yang efektif bagi warga untuk
saling bertukar informasi, mengemukakan pendapat, melakukan polling ataupun
pemilihan ketua RT/RW dan lain-lain yang bebas tanpa dibatasi waktu dan jarak
melalui media e-Mail/Chatting/Webportal, di samping fungsi koneksi internet yang menjadi fasilitas
utama. Bahkan fasilitas tersebut dapat dikembangkan hingga menjadi media
telepon gratis dengan teknologi VoIP.
Membangun RT/RW-Net
merupakan suatu konsep di mana beberapa komputer dalam suatu perumahan
atau blok dapat saling berhubungan dan dapat berbagi data serta informasi.
Konsep lain dari RT/RW-Net adalah memberdayakan pemakain internet di mana
fasilitas internet tersedia selama 24 jam sehari selama sebulan di mana biaya
yang akan dikeluarkan akan murah karena semua biaya pembangunan infrastruktur,
operasional dan biaya langganan akan ditanggung bersama.
Wajan bisa
digunakan untuk menangkap sinyal dengan jarak antara 100-500 meter. Sementara
kalau di bawah 100 meter, bisa menggunakan kabel. Alat yang diperlukan untuk
mengakses internet lewat media wajan tergolong mudah. Tinggal sediakan wajan
berdiameter 45 sentimeter dan pipa paralon berukuran 3 inci yang di dalamnya
dipasangi Wi-Fi USB
Pada
awalnya banyak warga yang tertarik berlangganan internet karena alasan hiburan.
Tapi ke sini-sininya malah mencetuskan kreativitas warga. Misalnya kalau ada
kegiatan di Kecamatan Katapang, mereka langsung mem-posting melalui blog. Dalam
10 bulan, jumlah pengunjung mencapai 28.441 orang. Bicara mengenai situs atau
blog, Kecamatan Katapang juga memiliki blog yang memiliki alamat (hosting) di www.kecamatan.katapang.net.
Selain berisi berita dan kejadian sehari-hari, situs ini juga biasa digunakan
masyarakat untuk memunculkan potensi di desa masing-masing.
Pakar InternetOnno W Purbo mengatakan, RT/RW-net sebetulnya produk hasil jerih payah
banyak rakyat di Indonesia yang mendambakan internet murah.
Dari sisi kebijakan RT/RW-net memperlihatkan sebuah fenomena
ketidakadaan ruang legal bagi infrastruktur berbasis komunitas, yang di bangun
dengan peralatan buatan sendiri, dari rakyat, oleh rakyat, oleh rakyat. Tidak
ada ruang legal bagi infrastruktur Wireless Internet menggunakan WiFi.
Adanya
peralatan teknologi informasi yang mutakhir tidak cukup. Keberhasilan RT/RW-net di Indonesia terjadi karena adanya
proses pemandaian masyarakat tentang alternatif teknologi internet yang murah.
Belakangan hari, teknologi wireless internet tampaknya menjadi tulang punggung RT/RW-net di Indonesia
Istilah RT/RW-net pertama kali digunakan sekitar
tahun 1996-an oleh para mahasiswa di Universitas
Muhammadyah Malang
(UMM) yang menyambungkan kos-kos-an mereka ke kampus UMM yang
tersambung ke jaringan AI3 Indonesia melalui GlobalNet di Malang dengan gateway
internet di ITB. Sambungan antara RT/RW-net di kos-kosan ke UMM dilakukan
menggunakan walkie talkie di VHF band 2 meter pada kecepatan 1200bps.
Implementasi
yang serius dari RT/RW-net dilakukan pertama kali oleh Michael
Sunggiardi di perumahannya di Bogor sekitar tahun 2000-an. Banyak kisah sedih
yang diceritakan Michael lantaran sulitnya mencari pelanggan di awal 2-3 tahun
operasi RT/RW-net-nya. Sebagian besar tetangga
Michael saat itu tidak merasa butuh akses Internet 24 jam dari rumahnya.
Waktu itu,
Michael banyak menggunakan kabel LAN untuk menyambungkan antar rumah. Karena
lebih reliable dan lebih murah dibandingkan dengan menggunakan radio/wireless LAN/ Wireless Internet. Namun belakangan, tampaknya lebih
banyak RT/RW-net yang menggunakan wireless internet karena lebih mudah dan harga
peralatan yang makin murah. Di tahun 2005-2006, setelah frekuensi 2.4GHz dibebaskan. Tampaknya RT/RW-net menjadi sangat booming, hal ini
dapat dimonitor dari dekat dari berbagai diskusi yang terjadi di mailing list indowli@yahoogroups.com, banyak
sekali permohonan akses RT/RW-net yang dilayangkan ke mailing list
indowli@yahoogroups.com.
Berita
yang menarik terjadi di Bandung, beberapa kos-kosan juga mengembangkan
kos-kos-an Net di bawah RT/RW-net dan menarik sekitar Rp. 50.000 / bulan untuk
setiap anak kos yang mengakses Internet 24 jam. Dengan cara ini Internet
menjadi sangat terjangkau untuk para mahasiswa.
Antenna Wajan, atau Wajanbolic e-goen merupakan terobosan dalam Teknologi
RT/RW-net. Antenna Wajanbolic e-goen dapat
menjadi client yang murah dalam sebuah RT/RW-net sehingga kita dapat ber Internet
dengan murah. Internet murah bukan berarti mencuri bandwidth dan ber-internet gratis, seperti kebanyakan orang menyangka. Internet menjadi murah karena beban biaya ditanggung ramai-ramai
oleh banyak pengguna di sebuah RT/RW dalam RT/RW-net.
Antenna Wajan bolic e-goen di kembangkan oleh Gunadi atau
lebih di kenal e-goen. Sosok e-goen dominan memberikan inspirasi bagi bangsa
Indonesia untuk mengembangkan antenna wajan dan antena panci di Indonesia.
Antenna wajan yang kemudian dikenal sebagai wajanbolic e-goen menjadi andalan
utama bagi mereka yang ingin membangun RT/RW-net atau Wireless Internet murah di rumahnya dengan modal
sekitar Rp. 300-350.000 saja.
Sebagian dari mereka memilih media wajan dan tutup panci
sebagai penerima sinyal. Sementara sebagian yang lain memilih media kabel.
Dengan biaya Rp100.000 per bulan, sekitar 30 warga Kecamatan Katapang bisa
mengakses internet secara tak terbatas (unlimited). Kecepatannya bisa
dibandingkan dengan provider internet yang lain. Dengan RT/RW-net, kita bisa
mendapatkan kecepatan internet hingga 1 megabyte per detik.
Banyuwangi, kabupaten yang terletak di ujung timur pulau
jawa (sunrise of java),
merupakan kabupaten dengan luas wilayah yang cukup luas dan memiliki potensi
yang banyak baik disektor pertanian, perikanan, pariwisata, dan lain-lain. Tapi
terkadang potensi tersebut tidak ter-explore
secara penuh karena informasi secara lengkap hanya diketahui penduduk sekitar
tempat yang memiliki potensi tersebut. Dari fenomena diatas, munculah suatu
inovasi anak bangsa untuk bisa meng-explore
lebih jauh tentang potensi yang ada di kabupaten Banyuwangi dengan membuat Blog
Desa. Blog Desa ini bertujuan agar potensi dan informasi suatu desa di
Kabupaten Banyuwangi bisa diakses melalui internet. Selain itu, Pemerintah
Daerah juga bisa memantau keadaan suatu desa secara real-time tanpa harus mondar-mandir
dari satu desa ke desa yang lain yang letaknya jauh dan membutuhkan waktu lama.
Untuk merealisasikan inovasi tersebut, dibutuhkan Web Engine
dan Infrastuktur Jaringan yang bisa menangani Blog Desa tersebut. Untuk Web
Engine Blog Desa dibahas disini. Dalam postingan ini, saya akan membahas tentang rencana pembangunan infrastuktur jaringan yang dipakai dalam Blog Desa ini.
Ada beberapa tahapan, yang pertama adalah merancanakan
topologi fisik. Untuk sementara, fasilitas koneksi internet tiap-tiap desa bisa
menggunakan provider yang ada yang bisa menjangkau hingga ke seluruh pelosok
desa se-Kabupaten Banyuwangi. Tetapi kedepan, inovasi akan ditingkatkan dengan
koneksi jarigan private dari Kabupaten. Sekarang, sudah ada sambungan dari
Kantor PDE (Pusat Data Elektronik) Banyuwangi ke seluruh kantor kecamatan yang
ada di Kabupaten Banyuwangi menggunakan fasilitas tower (gelombang radio)
sebagai pemancar. Jika bisa ditingkatkan lagi, dari Kantor Kecamatan bisa
diteruskan lagi ke masing-masing Kantor Desa yang ada dalam wilayah kecamatan
tersebut.
Mengingat wilayah Kabupaten Banyuwangi cukup luas, tidak
mungkin dari Kantor PDE Banyuwangi memancarkan gelombang ke kecamatan yang
letaknya sangat jauh. Maka dari itu ada beberapa Kantor Kecamatan yang dipasang
repeater sehingga sinyal bisa diteruskan hingga sampai di Kantor Kecamatan yang
cukup jauh.
Gambar dibawah ini merupakan gambaran skema fisik jaringan
dari kantor PDE Banyuwangi ke Kecamatan-kecamatan dan Desa-desa di Kabupaten
Banyuwangi.
Dari Kantor PDE Banyuwangi, sinyal langsung dipancarkan dan diterima oleh Kantor Kecamatan Kabat (jarak + 10 km dari kantor PDE) dan Kantor Kecamatan Rogojampi ( jarak + 15 km dari kantor PDE). Tetapi jarak Kantor Kecamatan Srono jauh dari Kantor PDE + 30 km, sehingga sinyal kurang begitu bisa ditangkap dengan baik. Jadi, di Kantor Kecamatan Rogojampi (jarak + 15 km dari Kantor Kecamtan Srono) dipasang repeater sehingga sinyal bisa dikuatkan dan diterima dengan baik oleh Kantor Kecamatan Srono.
Disamping jaringan fisik seperti yang dijelaskan diatas,
dalam tahap kedua pembangunan infrastuktur jaringan blog desa juga membutuhkan server yang
digunakan sebagai pengatur koneksi dari Kantor PDE ke seluruh kecamatan dan
desa. Dibutuhkan pula web server dan database server yang digunakan untuk
menampung Engine Blog Desa dan data dari tiap-tiap desa. FTP Server dibutuhkan juga untuk mengupload file-file yang diperlukan
untuk mendukung informasi. Yang terpenting adalah Proxy Server yang digunakan
sebagai filtering akses dari luar.
Gambar dibawah ini adalah gambaran tentang detail jaringan
blog desa
Ada 2 buah koneksi yang digunakan, jaringan private yang
digunakan oleh admin desa untuk mengisi data di Blog Desa dengan koneksi https yang lebih secure dan jaringan
public sehingga blog desa bisa diakses dari luar (internet), tetapi melalui
proxy server. Jadi user dari luar hanya bisa berkoneksi dengan proxy server.
Jika user merequest alamat salah satu Blog Desa, maka proxy server yang
mengambil data dari web dan database server untuk ditampilkan ke user. Jadi
user tidak berkoneksi langsung ke web server sehingga data yang ada di web
server lebih aman.
Itulah salah satu wujud inovasi karya anak bangsa. Adalagi
satu inovasi anak bangsa yang harus diapresiasi, yaitu COMPFEST 2011. Akan lebih bagus lagi jika kedua
inovasi anak bangsa ini digabungkan. Inovasi Blog Desa bisa diseminarkan dalam COMPFEST yang sudah bertaraf Nasional ini.
Jadi inovasi Blog Desa ini untuk kedepannya bisa diterapkan di
Kabupaten-Kabupaten lain di seluruh Indonesia. Gabungan 2 buah inovasi karya
anak bangsa ini akan mewujudkan kemandirian masyarakat Indonesia yang melek tekonologi.
2.3
Dampak
Perkembangan Jaringan Internet
Setiap perkembangan jaringan
internet pasti mempunyai dampak, baik dampak positif ataupun dampak negatif
dari penggunaan internet tersebut. Berdasarkan perkembangan internet di
Lingkungan Desa seperti yang telah dibahas di atas yaitu perkembangan RT/RW-Net
di Kecamatan Katapang dan Perkembangan Pembangunan Infrastruktur Jaringan Blok
di Kabupaten Banyuwangi dapat dilihat dampak positif dari perkembangan Jaringan
Internet di Lingkungan Desa yang bersangkutan, yaitu:
1. Dengan adanya perkembangan
RT/RW-Net, masyarakat bisa dengan mudah mengakses informasi dengan cepat.
2. Masarakat bisa mendapatkan informasi-informasi
terbaru dengan tidak mengeluarkan biaya yang mahal.
3. Dengan adanya perkembangan jaringan
Blok, masyarakat bisa dengan mudah menyampaikan informasi-informasi yang mereka
miliki kepada orang-orang yang berada di daerah lain ataupun kota lain melalui
Blok yang mereka miliki.
4. Masyarakat yang tinggal di daerah
perkembangan jaringan internet ini tidak akan ketinggalan informasi
5. Perkembangan Pendidikan bisa terlaksana
dengan baik di daerah-daerah yang memiliki perkembangan jaringan internet
dengan baik.
Selain
memiliki dampak positif, perkembangan jaringan internet di Lingkungan Desa juga
memiliki dampak negatif, yaitu:
1. Perkembangan jaringan RT/RW-Net
tidak bisa di gunakan untuk mendapatkan informasi dalam dunia karena jaringan
internetnya hanya untuk suatu lingkungan tertentu.
2. Kurangnya mendapat
informasi-informasi yang mendunia karena sering mengakses informasi suatu
lingkungan tertentu saja.dll
2.4 Analisis Teknisi RT/RW-Net dan Jaringan
Infrastruktur Blog
1. Perkembangan RT/RW-Net
Teknisi
dalam Perkembangan RT/RW-Net beberapa komputer dalam suatu perumahan atau blok dapat saling berhubungan
dan dapat berbagi data serta informasi, memberdayakan pemakain internet di mana
fasilitas internet tersedia selama 24 jam sehari selama sebulan di mana biaya
yang akan dikeluarkan akan murah karena semua biaya pembangunan infrastruktur,
operasional dan biaya langganan akan ditanggung bersama. Menggunakan media wajan,tutup panci kabel sebagai penerima sinyal. Dengan RT/RW-Net bisa
mendapatkan kecepatan internet1 megabyte perdetik.
Wajan bisa
digunakan untuk menangkap sinyal dengan jarak antara 100-500 meter jika
dibawah100 meter bisa menggunakan kabel kemudian menghubungkan dengan wajan
berdiameter 45 sentimeter dan pipa paralon berukuran 3 inci yang di dalamnya
dipasangi Wi-FiUSB. Dengan cara inilah
RT/RW-Net mengakses internet.
2. Teknisi Perkembangan Jaringan
Infarstruktur Blog Kabupaten Banyuwangi
Perkembangan Jaringan Infrstruktur
ini melalui beberapa tahapan, yaitu:
1. Dengan perencanaan topologi Fisik.
Sepert pada gambar dibawah ini:
2.
Menggunakan web server dan database
server yang digunakan untuk menampung Engine Blog Desa dan data dari tiap-tiap
desa. FTP
Server dibutuhkan juga untuk mengupload
file-file yang diperlukan untuk mendukung informasi. Yang terpenting adalah
Proxy Server yang digunakan sebagai filtering akses dari luar.
Ada
2 buah koneksi yang digunakan, jaringan private yang digunakan oleh admin desa
untuk mengisi data di Blog Desa dengan koneksi https yang lebih secure
dan jaringan public sehingga blog desa bisa diakses dari luar (internet),
tetapi melalui proxy server. Jadi user dari luar hanya bisa berkoneksi dengan
proxy server. Jika user merequest alamat salah satu Blog Desa, maka proxy
server yang mengambil data dari web dan database server untuk ditampilkan ke
user. Jadi user tidak berkoneksi langsung ke web server sehingga data yang ada
di web server lebih aman.
2.5
Aspek
Sosial RT/RW-Net dan Jaringan Infrastruktur Blog.
Dilihat
dari kedua pekembangan jaringan internet di atas, memiliki nilai sosial yang
cukup penting dalam kehidupan masyarakat. Dengan adanya perkembangan RT/RW-Net
kehidupan masyarakat bisa lebih baik dari sebelumnya. Mereka bisa mendapatkan
informasi-informasi dengan cepat dan mudah tanpa harus menunggu waktu yang
cukup lama. Masyarakat bisa mengenal apa yang dikatakan akses internet. Mereka
tidak gagap teknologi.
Begitu juga dengan perkembangan infrastruktur jaringan Blog
di Desa Banyuwangi telah memberikan manfaat yang cukup besar pada kehidupan
masarakat dan pemerintahan di desa ini. Dengan
adanya pembentukan jaringan Blog yang terbentuk dari inovasi anak bangsa dengan
menggunakan dua tahap pembentukan akan mewujudkan kemandirian masyarakat
Indonesia yang melek tekonologi.
2.6
Aspek
Budaya RT/RW-Net dan Jaringan Infrastruktur Blog
Aspek
budaya merupakan suatu kebiasaan yang teleh menjadi turun temurun pada sutu
daerah tertentu. RT/RW-Net dan Jaringan
Infrastrktur Blog juga memiliki Budaya tertentu jika dilihat dari sudut pandang
dalam penyelesaian masalah. Dalam pembangunan RT/RW-Net ini dilakukan secara
bersama-sama oleh warga di sekitar daerah ini. Dalam
teknisi pembuatan konsep RT/RW-Net menggunakan tutup wajan yang berasal dari
daerah Desa, ini merupakan suatu kebiasaan yang di tempat-tempat tertentu belum
bisa melakukannya.
Begitu
juga dengan Infrastruktur Jaringan Blog Desa Banyuwangi, kepedulian dari
anak-anak bangsa terhadap wilayah mereka yang ketinggalan informasi dari luar
daerahnya menimbulkan inovasi cemerlang untuk daerahnya. Mereka bekerja sama
dalam pembangunan jaringan Blog Desa agar warga bisa mengakses informasi dari
luar daerahnya. Tanpa harus menunggu informasi dari orang lain dengan waktu
yang telah berbeda. Selain itu Blog Desa yang mereka miliki bisa di manfaatkan
untuk perkembangan kubudayaan mereka.
2.7
Aspek
Ekonomi RT/RW-Net dan Jaringan Infrastruktur Blog
RT/RW-Net Antenna Wajan, atau Wajanbolic e-goen merupakan terobosan dalam Teknologi
RT/RW-net. Antenna Wajanbolic e-goen dapat
menjadi client yang murah dalam sebuah RT/RW-net sehingga kita dapat ber Internet
dengan murah. Internet murah bukan berarti mencuri bandwidth dan ber-internet gratis, seperti kebanyakan orang menyangka. Internet menjadi murah karena beban biaya ditanggung ramai-ramai
oleh banyak pengguna di sebuah RT/RW dalam RT/RW-net.
Dengan biaya akses murah, masyarakat bisa
dengan mudah mengakses internet tanpa memikirkan berapa banyak uang yang harus
di perlukan untuk mendapatkan informasi. Antenna wajan yang kemudian dikenal
sebagai wajanbolic e-goen menjadi andalan utama bagi mereka yang ingin
membangun RT/RW-net atau Wireless Internet murah di rumahnya dengan modal
sekitar Rp. 300-350.000 saja.
Jaringan
Infrastruktur Blog juga tidak dikenakan biaya penggunaan Blog Desa, karena
biaya Blog Desa ini dibangun dengan dua konsep sederhana. Informasi dari kantor
kabupaten bisa diterima dengan cepat oleh kantor kecamatan yang letaknya sangat
berjauhan. Hal ini mengurang pengeluran aset keuangan dari pihak kantor
kabupaten maupun kantor kecamatan untuk mengantarkan informasi secara langsung
menggunakan kendaraan pribadi yang menggunakan BBM yang pada saat ini harganya
telah menjulang tinggi dan berapa waktu yang telah digunakan hanya untuk
menyampaikan informasi yang seharusnya bisa di akses dengan mudah melalui
jaringan internet. Begitu juga, jika menggunakan telpon genggam utnuk
manyampaikan informasi pasti menggunakn
biaya telpon yang jauh bedanya dengan akses internet yang di tanggung secara
bersama-sama oleh pemerintah.
Beban
biaya yang dikeluarkan akan terasa berkurang dengan menggunakan perekmbangan
jaringan internet melalui perkembangan RT/RW-Net maupun jaringan Infrastruktur
Blog yang telah ada di beberapa desa.
Mantap..... sesuai
BalasHapustutorialnya lengkap
BalasHapusTerlalu banyak kata-kata
BalasHapusTerlalu banyak kata-kata
BalasHapus