Sabtu, 07 April 2012

JARINGAN WIFI DI LINGKUNGAN DESA


2.1     Pengertian Internet dan WiFi

Internet berasal dari kata International Networking,merupakan dua komputer atau lebih yang saling berhubungan atau berinteraksi dan bertukat informasi membentuk jaringan komputer di dunia Internasional. Internet merupakan media komunikasi yang menggunakan komputer dan saluran telekomunikasi sebagai tulang punggungnya. Seperti halnya sebuah terminal telepon, lewat sebuah terminal komputer yang tersambut ke internet kita dapat menghubungi rekan kita di mana saja yang tersambung ke internet

WiFi merupakan singkatan dari Wireless Fidelity yang merupakan komplotan standar yang digunakan untuk Jaringan Lokal Nirkabel (Wireless Local Area Networks-WLAN) yang didasari pada spesifikasi IEEE 802.11. awalnya WiFi ditujukan untuk penggunaan perangkat nirkabel dan LAN, namun saat ini lebih banyak digunakan untuk mengakses internet.

WiFi merupakan koneksi tanpa kabel seperti handphone dentanpa gan menggunakan teknologi radio sehingga pemakainya dapat mentransfer data dengan cepat. wiFi tidak hanya dapat digunakan untuk mengakses internet,WiFi juga dapat digunakan untuk membuat jaringan tanpa kabel. Teknologi WiFi memberikan kebebasan kepada pemakainya untuk mengakses internet atau mentransfer data mana saja yang bertanda “hot Spot”.

2.2         Perkembangan Jaringan Internet di Lingkungan Desa

1.  Perkembangan RT/RW-Net
Penggunaan internet yang makin marak, membuat banyak orang kemudian berpikir untuk makin mendekatkan teknologi yang semula rumit dan mahal itu kepada masyarakat. Bukan hal baru lagi, jika wajan dan tutup panci bisa digunakan sebagai antena untuk menangkap sinyal agar bisa mengakses internet. Pada saat ini jaringan WiFi sudah berkembang dipelosok Desa.
Yang menarik, jika penggunaan internet tersebut dilakukan banyak warga untuk menggali potensi yang ada di wilayahnya masing-masing. Di Kecamatan Katapang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat misalnya, warga di empat desa yaitu Cilampeni, Pangauban, Sangkanhurip, dan Sukamukti bisa mengakses internet melalui RT/RW-Net jaringan internet murah yang bisa diakses di lingkungan desa.
Jika didefinisikan, RT/RW-Net adalah jaringan komputer swadaya masyarakat dalam ruang lingkup RT/RW melalui media kabel atau wireless 2.4 Ghz dan hotspot sebagai sarana komunikasi rakyat yang bebas dari undang-undang dan birokrasi pemerintah. Pemanfaatan RT/RW-Net ini dapat dikembangkan sebagai forum komunikasi online yang efektif bagi warga untuk saling bertukar informasi, mengemukakan pendapat, melakukan polling ataupun pemilihan ketua RT/RW dan lain-lain yang bebas tanpa dibatasi waktu dan jarak melalui media e-Mail/Chatting/Webportal, di samping fungsi koneksi internet yang menjadi fasilitas utama. Bahkan fasilitas tersebut dapat dikembangkan hingga menjadi media telepon gratis dengan teknologi VoIP.
Membangun RT/RW-Net  merupakan suatu konsep di mana beberapa komputer dalam suatu perumahan atau blok dapat saling berhubungan dan dapat berbagi data serta informasi. Konsep lain dari RT/RW-Net adalah memberdayakan pemakain internet di mana fasilitas internet tersedia selama 24 jam sehari selama sebulan di mana biaya yang akan dikeluarkan akan murah karena semua biaya pembangunan infrastruktur, operasional dan biaya langganan akan ditanggung bersama.
Wajan bisa digunakan untuk menangkap sinyal dengan jarak antara 100-500 meter. Sementara kalau di bawah 100 meter, bisa menggunakan kabel. Alat yang diperlukan untuk mengakses internet lewat media wajan tergolong mudah. Tinggal sediakan wajan berdiameter 45 sentimeter dan pipa paralon berukuran 3 inci yang di dalamnya dipasangi Wi-Fi USB
Pada awalnya banyak warga yang tertarik berlangganan internet karena alasan hiburan. Tapi ke sini-sininya malah mencetuskan kreativitas warga. Misalnya kalau ada kegiatan di Kecamatan Katapang, mereka langsung mem-posting melalui blog. Dalam 10 bulan, jumlah pengunjung mencapai 28.441 orang. Bicara mengenai situs atau blog, Kecamatan Katapang juga memiliki blog yang memiliki alamat (hosting) di www.kecamatan.katapang.net. Selain berisi berita dan kejadian sehari-hari, situs ini juga biasa digunakan masyarakat untuk memunculkan potensi di desa masing-masing.
Pakar InternetOnno W Purbo mengatakan, RT/RW-net sebetulnya produk hasil jerih payah banyak rakyat di Indonesia yang mendambakan internet murah. Dari sisi kebijakan RT/RW-net memperlihatkan sebuah fenomena ketidakadaan ruang legal bagi infrastruktur berbasis komunitas, yang di bangun dengan peralatan buatan sendiri, dari rakyat, oleh rakyat, oleh rakyat. Tidak ada ruang legal bagi infrastruktur Wireless Internet menggunakan WiFi.
Adanya peralatan teknologi informasi yang mutakhir tidak cukup. Keberhasilan RT/RW-net di Indonesia terjadi karena adanya proses pemandaian masyarakat tentang alternatif teknologi internet yang murah. Belakangan hari, teknologi wireless internet tampaknya menjadi tulang punggung RT/RW-net di Indonesia
Istilah RT/RW-net pertama kali digunakan sekitar tahun 1996-an oleh para mahasiswa di Universitas Muhammadyah Malang (UMM) yang menyambungkan kos-kos-an mereka ke kampus UMM yang tersambung ke jaringan AI3 Indonesia melalui GlobalNet di Malang dengan gateway internet di ITB. Sambungan antara RT/RW-net di kos-kosan ke UMM dilakukan menggunakan walkie talkie di VHF band 2 meter pada kecepatan 1200bps.
Implementasi yang serius dari RT/RW-net dilakukan pertama kali oleh Michael Sunggiardi di perumahannya di Bogor sekitar tahun 2000-an. Banyak kisah sedih yang diceritakan Michael lantaran sulitnya mencari pelanggan di awal 2-3 tahun operasi RT/RW-net-nya. Sebagian besar tetangga Michael saat itu tidak merasa butuh akses Internet 24 jam dari rumahnya.
Waktu itu, Michael banyak menggunakan kabel LAN untuk menyambungkan antar rumah. Karena lebih reliable dan lebih murah dibandingkan dengan menggunakan radio/wireless LAN/ Wireless Internet. Namun belakangan, tampaknya lebih banyak RT/RW-net yang menggunakan wireless internet karena lebih mudah dan harga peralatan yang makin murah. Di tahun 2005-2006, setelah frekuensi 2.4GHz dibebaskan. Tampaknya RT/RW-net menjadi sangat booming, hal ini dapat dimonitor dari dekat dari berbagai diskusi yang terjadi di mailing list indowli@yahoogroups.com, banyak sekali permohonan akses RT/RW-net yang dilayangkan ke mailing list indowli@yahoogroups.com.
Berita yang menarik terjadi di Bandung, beberapa kos-kosan juga mengembangkan kos-kos-an Net di bawah RT/RW-net dan menarik sekitar Rp. 50.000 / bulan untuk setiap anak kos yang mengakses Internet 24 jam. Dengan cara ini Internet menjadi sangat terjangkau untuk para mahasiswa.
Antenna Wajan, atau Wajanbolic e-goen merupakan terobosan dalam Teknologi RT/RW-net. Antenna Wajanbolic e-goen dapat menjadi client yang murah dalam sebuah RT/RW-net sehingga kita dapat ber Internet dengan murah. Internet murah bukan berarti mencuri bandwidth dan ber-internet gratis, seperti kebanyakan orang menyangka. Internet menjadi murah karena beban biaya ditanggung ramai-ramai oleh banyak pengguna di sebuah RT/RW dalam RT/RW-net.
Antenna Wajan bolic e-goen di kembangkan oleh Gunadi atau lebih di kenal e-goen. Sosok e-goen dominan memberikan inspirasi bagi bangsa Indonesia untuk mengembangkan antenna wajan dan antena panci di Indonesia. Antenna wajan yang kemudian dikenal sebagai wajanbolic e-goen menjadi andalan utama bagi mereka yang ingin membangun RT/RW-net atau Wireless Internet murah di rumahnya dengan modal sekitar Rp. 300-350.000 saja.
Sebagian dari mereka memilih media wajan dan tutup panci sebagai penerima sinyal. Sementara sebagian yang lain memilih media kabel. Dengan biaya Rp100.000 per bulan, sekitar 30 warga Kecamatan Katapang bisa mengakses internet secara tak terbatas (unlimited). Kecepatannya bisa dibandingkan dengan provider internet yang lain. Dengan RT/RW-net, kita bisa mendapatkan kecepatan internet hingga 1 megabyte per detik.
Banyuwangi, kabupaten yang terletak di ujung timur pulau jawa (sunrise of java), merupakan kabupaten dengan luas wilayah yang cukup luas dan memiliki potensi yang banyak baik disektor pertanian, perikanan, pariwisata, dan lain-lain. Tapi terkadang potensi tersebut tidak ter-explore secara penuh karena informasi secara lengkap hanya diketahui penduduk sekitar tempat yang memiliki potensi tersebut. Dari fenomena diatas, munculah suatu inovasi anak bangsa untuk bisa meng-explore lebih jauh tentang potensi yang ada di kabupaten Banyuwangi dengan membuat Blog Desa. Blog Desa ini bertujuan agar potensi dan informasi suatu desa di Kabupaten Banyuwangi bisa diakses melalui internet. Selain itu, Pemerintah Daerah juga bisa memantau keadaan suatu desa secara real-time tanpa harus mondar-mandir dari satu desa ke desa yang lain yang letaknya jauh dan membutuhkan waktu lama.

Untuk merealisasikan inovasi tersebut, dibutuhkan Web Engine dan Infrastuktur Jaringan yang bisa menangani Blog Desa tersebut. Untuk Web Engine Blog Desa dibahas disini. Dalam postingan ini, saya akan membahas tentang rencana pembangunan infrastuktur jaringan yang dipakai dalam Blog Desa ini.

Ada beberapa tahapan, yang pertama adalah merancanakan topologi fisik. Untuk sementara, fasilitas koneksi internet tiap-tiap desa bisa menggunakan provider yang ada yang bisa menjangkau hingga ke seluruh pelosok desa se-Kabupaten Banyuwangi. Tetapi kedepan, inovasi akan ditingkatkan dengan koneksi jarigan private dari Kabupaten. Sekarang, sudah ada sambungan dari Kantor PDE (Pusat Data Elektronik) Banyuwangi ke seluruh kantor kecamatan yang ada di Kabupaten Banyuwangi menggunakan fasilitas tower (gelombang radio) sebagai pemancar. Jika bisa ditingkatkan lagi, dari Kantor Kecamatan bisa diteruskan lagi ke masing-masing Kantor Desa yang ada dalam wilayah kecamatan tersebut.

Mengingat wilayah Kabupaten Banyuwangi cukup luas, tidak mungkin dari Kantor PDE Banyuwangi memancarkan gelombang ke kecamatan yang letaknya sangat jauh. Maka dari itu ada beberapa Kantor Kecamatan yang dipasang repeater sehingga sinyal bisa diteruskan hingga sampai di Kantor Kecamatan yang cukup jauh.
Gambar dibawah ini merupakan gambaran skema fisik jaringan dari kantor PDE Banyuwangi ke Kecamatan-kecamatan dan Desa-desa di Kabupaten Banyuwangi.
 

Dari Kantor PDE Banyuwangi, sinyal langsung dipancarkan dan diterima oleh Kantor Kecamatan Kabat (jarak + 10 km dari kantor PDE) dan Kantor Kecamatan Rogojampi ( jarak + 15 km dari kantor PDE). Tetapi jarak Kantor Kecamatan Srono jauh dari Kantor PDE + 30 km, sehingga sinyal kurang begitu bisa ditangkap dengan baik. Jadi, di Kantor Kecamatan Rogojampi (jarak + 15 km dari Kantor Kecamtan Srono) dipasang repeater sehingga sinyal bisa dikuatkan dan diterima dengan baik oleh Kantor Kecamatan Srono.

Disamping jaringan fisik seperti yang dijelaskan diatas, dalam tahap kedua pembangunan infrastuktur jaringan blog desa juga membutuhkan server yang digunakan sebagai pengatur koneksi dari Kantor PDE ke seluruh kecamatan dan desa. Dibutuhkan pula web server dan database server yang digunakan untuk menampung Engine Blog Desa dan data dari tiap-tiap desa. FTP Server dibutuhkan juga untuk mengupload file-file yang diperlukan untuk mendukung informasi. Yang terpenting adalah Proxy Server yang digunakan sebagai filtering akses dari luar.

Gambar dibawah ini adalah gambaran tentang detail jaringan blog desa
Ada 2 buah koneksi yang digunakan, jaringan private yang digunakan oleh admin desa untuk mengisi data di Blog Desa dengan koneksi https yang lebih secure dan jaringan public sehingga blog desa bisa diakses dari luar (internet), tetapi melalui proxy server. Jadi user dari luar hanya bisa berkoneksi dengan proxy server. Jika user merequest alamat salah satu Blog Desa, maka proxy server yang mengambil data dari web dan database server untuk ditampilkan ke user. Jadi user tidak berkoneksi langsung ke web server sehingga data yang ada di web server lebih aman.

Itulah salah satu wujud inovasi karya anak bangsa. Adalagi satu inovasi anak bangsa yang harus diapresiasi, yaitu COMPFEST 2011. Akan lebih bagus lagi jika kedua inovasi anak bangsa ini digabungkan. Inovasi Blog Desa bisa diseminarkan dalam COMPFEST yang sudah bertaraf Nasional ini. Jadi inovasi Blog Desa ini untuk kedepannya bisa diterapkan di Kabupaten-Kabupaten lain di seluruh Indonesia. Gabungan 2 buah inovasi karya anak bangsa ini akan mewujudkan kemandirian masyarakat Indonesia yang melek tekonologi.

2.3         Dampak Perkembangan Jaringan Internet
Setiap perkembangan jaringan internet pasti mempunyai dampak, baik dampak positif ataupun dampak negatif dari penggunaan internet tersebut. Berdasarkan perkembangan internet di Lingkungan Desa seperti yang telah dibahas di atas yaitu perkembangan RT/RW-Net di Kecamatan Katapang dan Perkembangan Pembangunan Infrastruktur Jaringan Blok di Kabupaten Banyuwangi dapat dilihat dampak positif dari perkembangan Jaringan Internet di Lingkungan Desa yang bersangkutan, yaitu:
1.      Dengan adanya perkembangan RT/RW-Net, masyarakat bisa dengan mudah mengakses informasi dengan cepat.
2.      Masarakat bisa mendapatkan informasi-informasi terbaru dengan tidak mengeluarkan biaya yang mahal.
3.      Dengan adanya perkembangan jaringan Blok, masyarakat bisa dengan mudah menyampaikan informasi-informasi yang mereka miliki kepada orang-orang yang berada di daerah lain ataupun kota lain melalui Blok yang mereka miliki.
4.      Masyarakat yang tinggal di daerah perkembangan jaringan internet ini tidak akan ketinggalan informasi
5.      Perkembangan Pendidikan bisa terlaksana dengan baik di daerah-daerah yang memiliki perkembangan jaringan internet dengan baik.

Selain memiliki dampak positif, perkembangan jaringan internet di Lingkungan Desa juga memiliki dampak negatif, yaitu:
1.      Perkembangan jaringan RT/RW-Net tidak bisa di gunakan untuk mendapatkan informasi dalam dunia karena jaringan internetnya hanya untuk suatu lingkungan tertentu.
2.      Kurangnya mendapat informasi-informasi yang mendunia karena sering mengakses informasi suatu lingkungan tertentu saja.dll

2.4   Analisis Teknisi RT/RW-Net dan Jaringan Infrastruktur Blog

1.      Perkembangan RT/RW-Net
Teknisi dalam Perkembangan RT/RW-Net beberapa komputer dalam suatu perumahan atau blok dapat saling berhubungan dan dapat berbagi data serta informasi, memberdayakan pemakain internet di mana fasilitas internet tersedia selama 24 jam sehari selama sebulan di mana biaya yang akan dikeluarkan akan murah karena semua biaya pembangunan infrastruktur, operasional dan biaya langganan akan ditanggung bersama. Menggunakan  media wajan,tutup panci kabel  sebagai penerima sinyal. Dengan RT/RW-Net bisa mendapatkan kecepatan internet1 megabyte perdetik.
Wajan bisa digunakan untuk menangkap sinyal dengan jarak antara 100-500 meter jika dibawah100 meter bisa menggunakan kabel kemudian menghubungkan dengan wajan berdiameter 45 sentimeter dan pipa paralon berukuran 3 inci yang di dalamnya dipasangi Wi-FiUSB. Dengan cara inilah RT/RW-Net mengakses internet.
2.      Teknisi Perkembangan Jaringan Infarstruktur Blog Kabupaten Banyuwangi
Perkembangan Jaringan Infrstruktur ini melalui beberapa tahapan, yaitu:
1.      Dengan perencanaan topologi Fisik. Sepert pada gambar dibawah ini:
 
2.      Menggunakan web server dan database server yang digunakan untuk menampung Engine Blog Desa dan data dari tiap-tiap desa. FTP Server dibutuhkan juga untuk mengupload file-file yang diperlukan untuk mendukung informasi. Yang terpenting adalah Proxy Server yang digunakan sebagai filtering akses dari luar.


Ada 2 buah koneksi yang digunakan, jaringan private yang digunakan oleh admin desa untuk mengisi data di Blog Desa dengan koneksi https yang lebih secure dan jaringan public sehingga blog desa bisa diakses dari luar (internet), tetapi melalui proxy server. Jadi user dari luar hanya bisa berkoneksi dengan proxy server. Jika user merequest alamat salah satu Blog Desa, maka proxy server yang mengambil data dari web dan database server untuk ditampilkan ke user. Jadi user tidak berkoneksi langsung ke web server sehingga data yang ada di web server lebih aman.

2.5         Aspek Sosial RT/RW-Net dan Jaringan Infrastruktur Blog.

Dilihat dari kedua pekembangan jaringan internet di atas, memiliki nilai sosial yang cukup penting dalam kehidupan masyarakat. Dengan adanya perkembangan RT/RW-Net kehidupan masyarakat bisa lebih baik dari sebelumnya. Mereka bisa mendapatkan informasi-informasi dengan cepat dan mudah tanpa harus menunggu waktu yang cukup lama. Masyarakat bisa mengenal apa yang dikatakan akses internet. Mereka tidak gagap teknologi.

Begitu juga dengan perkembangan infrastruktur jaringan Blog di Desa Banyuwangi telah memberikan manfaat yang cukup besar pada kehidupan masarakat dan pemerintahan  di desa ini. Dengan adanya pembentukan jaringan Blog yang terbentuk dari inovasi anak bangsa dengan menggunakan dua tahap pembentukan akan mewujudkan kemandirian masyarakat Indonesia yang melek tekonologi.

2.6         Aspek Budaya RT/RW-Net dan Jaringan Infrastruktur Blog

Aspek budaya merupakan suatu kebiasaan yang teleh menjadi turun temurun pada sutu daerah tertentu. RT/RW-Net dan Jaringan  Infrastrktur Blog juga memiliki Budaya tertentu jika dilihat dari sudut pandang dalam penyelesaian masalah. Dalam pembangunan RT/RW-Net ini dilakukan secara bersama-sama oleh warga di sekitar daerah ini. Dalam teknisi pembuatan konsep RT/RW-Net menggunakan tutup wajan yang berasal dari daerah Desa, ini merupakan suatu kebiasaan yang di tempat-tempat tertentu belum bisa melakukannya.

Begitu juga dengan Infrastruktur Jaringan Blog Desa Banyuwangi, kepedulian dari anak-anak bangsa terhadap wilayah mereka yang ketinggalan informasi dari luar daerahnya menimbulkan inovasi cemerlang untuk daerahnya. Mereka bekerja sama dalam pembangunan jaringan Blog Desa agar warga bisa mengakses informasi dari luar daerahnya. Tanpa harus menunggu informasi dari orang lain dengan waktu yang telah berbeda. Selain itu Blog Desa yang mereka miliki bisa di manfaatkan untuk perkembangan kubudayaan mereka.

2.7     Aspek Ekonomi RT/RW-Net dan Jaringan Infrastruktur Blog
RT/RW-Net Antenna Wajan, atau Wajanbolic e-goen merupakan terobosan dalam Teknologi RT/RW-net. Antenna Wajanbolic e-goen dapat menjadi client yang murah dalam sebuah RT/RW-net sehingga kita dapat ber Internet dengan murah. Internet murah bukan berarti mencuri bandwidth dan ber-internet gratis, seperti kebanyakan orang menyangka. Internet menjadi murah karena beban biaya ditanggung ramai-ramai oleh banyak pengguna di sebuah RT/RW dalam RT/RW-net.
 Dengan biaya akses murah, masyarakat bisa dengan mudah mengakses internet tanpa memikirkan berapa banyak uang yang harus di perlukan untuk mendapatkan informasi. Antenna wajan yang kemudian dikenal sebagai wajanbolic e-goen menjadi andalan utama bagi mereka yang ingin membangun RT/RW-net atau Wireless Internet murah di rumahnya dengan modal sekitar Rp. 300-350.000 saja.
Jaringan Infrastruktur Blog juga tidak dikenakan biaya penggunaan Blog Desa, karena biaya Blog Desa ini dibangun dengan dua konsep sederhana. Informasi dari kantor kabupaten bisa diterima dengan cepat oleh kantor kecamatan yang letaknya sangat berjauhan. Hal ini mengurang pengeluran aset keuangan dari pihak kantor kabupaten maupun kantor kecamatan untuk mengantarkan informasi secara langsung menggunakan kendaraan pribadi yang menggunakan BBM yang pada saat ini harganya telah menjulang tinggi dan berapa waktu yang telah digunakan hanya untuk menyampaikan informasi yang seharusnya bisa di akses dengan mudah melalui jaringan internet. Begitu juga, jika menggunakan telpon genggam utnuk manyampaikan informasi  pasti menggunakn biaya telpon yang jauh bedanya dengan akses internet yang di tanggung secara bersama-sama oleh pemerintah.
Beban biaya yang dikeluarkan akan terasa berkurang dengan menggunakan perekmbangan jaringan internet melalui perkembangan RT/RW-Net maupun jaringan Infrastruktur Blog yang telah ada di beberapa desa.

4 komentar: